1. Permasalahan
Fenomena yang paling menonjol pada kurun waktu
ini adalah terjadinya proses globalisasi. Proses perubahan inilah yang disebut
Alvin Toffler sebagai gelombang ketiga, setelah berlangsungnya gelombang
pertama dalam bidang agrikultur dan gelombang kedua dalam bidang industri.
Perubahan yang demikian menyebabkan terjadinya
pula pergeseran kekuasaan dari pusat kekuasaan yang bersumber pada tanah,
kemudian kapital atau modal, dan selanjutnya dalam gelombang ketiga pada
penguasaan terhadap informasi, yakni ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Sayangnya
proses globalisasi ini lebih banyak ditakuti daripada dipahami untuk kemudian
diantisipasi dengan arif dan cermat.
Bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut
berperan, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi.
Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung juga memperkaya
khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan
berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, termasuk bahasa Indonesia. Sekaligus bahasa berperan juga sebagai
prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu
sendiri.
2. Menyikapi Bahasa Indonesia di era
globalisasi
Arus global tanpa kita sadari
berimbas pula pada penggunaan dan keberadaan bahasa Indonesia di masyarakat.
Penggunaan bahasa di dunia maya, facebook misalnya, memberi banyak perubahan
bagi sturktur bahasa Indonesia yang oleh beberapa pihak disinyalir merusak
bahasa itu sendiri. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus disikapi
bersama termasuk dalam pengajarannya. Di era global dengan berbagai kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, seharusnya bisa kita manfaatkan dalam
pemertahanan bahasa Indonesia. Salah satunya dengan pembelajaran bahasa
Indonesia berbasis ICT (Information, Communication and Technology).
Pemanfaatan ICT sudah
menjadi keharusan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi misalnya dengan
memanfaatkan ICT sebagai alat bantu pembelajaran bahasa Indonesia. Pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan dapat dilaksanakan dalam
berbagai bentuk sesuai dengan fungsinya dalam pendidikan. Menurut Indrajut
(2004), fungsi teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan dapat dibagi
menjadi tujuh fungsi, yakni: (1) sebagai gudang ilmu, (2) sebagai alat bantu
pembelajaran, (3) sebagai fasilitas pendidikan, (4) sebagai standar kompetensi,
(5) sebagai penunjang administrasi, (6) sebagai alat bantu manajemen sekolah,
dan (7) sebagai infrastruktur pendidikan.
Bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional harus disikapi bersama termasuk dalam pengajarannya. Bahasa
Indonesia yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai
penyampai informasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran
informasi yang disampaikan. Berbagai fenomena yang berdampak buruk pada
kebenaran berbahasa yang disesuaikan dengan kaidahnya, dalam hal ini berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
3. Kesimpulan
Globalisasi memang tidak
dapat dihindari. Akulturasi bahasa nasional dengan bahasa dunia pun menjadi
lebih terasa perannya. Menguasai bahasa dunia dinilai sangat penting agar dapat
bertahan di era modern ini. Namun sangat disayangkan jika masyarakat menelan
mentah-mentah setiap istilah-istilah asing yang masuk dalam bahasa Indonesia.
Ada baiknya jika dipikirkan dulu penggunaannya yang tepat dalam setiap konteks
kalimat. Sehingga penyusupan istilah-istilah tersebut tidak terlalu merusak
tatanan bahasa nasional.
No comments:
Post a Comment